• JEMBER FASHION CARNAVAL 2010



    Jember Fashion Carnaval (JFC) yang menjadi acara rutin dan menarik tahunan Bulan Berkunjung ke Jember tahun 2010 pada hari Minggu, 8 Agustus 2010 digelar secara besar-besaran dan memikat para pemerhati fashion dunia.

    Kegiatan itu digelar di jalan protokol Kota Jember, sepanjang Jalan Sudirman (Central Park), Gajah Mada, hingga Sport Hall Jember. Dan, dengan panjang catwalk 3,6 kilometer, hingga tercatat dalam rekor MURI.

    Dalam rangka mensukseskan acara Jember Fashion Carnival 2010 ini, Senkom sebagai mitra POLRI bersama-sama dengan elemen masyarakat kota Jember membantu menciptakan pelaksanaan JFC 2010 tertib dan aman, namun demikian karena begitu padatnya pengunjung dan disadari pula dengan banyaknya kendaraan mengakibatkan Kota Jember dihari Minggu, 8 Agustus 2010 itu lumpuh total.

    JFC 2010 yang mengusung tema World Treasure mengungkap keberadaan fenomena alam dan peradaban budaya masa lalu, masa sekarang, dan masa akan datang yang diaktualisasikan lewat desain busana.
    Sebanyak 600 peserta tampil dengan berbagai busana unik. Ada peserta yang mengenakan bekas karung goni, spons, pecahan kaca, bahkan buah kelapa. Para peserta diberikan kebebasan mengembangkan kreativitasnya. Sehingga mereka pun leluasa mendesain pakaiannya seunik dan seelegan mungkin.

    Hawa panas yang menerpa Kota Jember tidak membuat sepi semaraknya pagelaran akbar ini.
    Presiden JFC, Dynand Fariz membenarkan bahwa para peserta JFC bukan hanya anak perkotaan, tetapi juga wong ndeso. “Ada yang dari pelosok desa, yang berjarak sekitar 20 hingga 30 kilometer dari kota. Tetapi semangat dan ide mereka sangat luar biasa,” kata Dynand.

    Ide-ide kreatif anak kota dan desa tersebut bisa dilihat dari penampilan mereka yang dimulai di depan kantor Pemkab Jember, Minggu (8/8) siang. Defile Dream Sky, Toraja, Butterfly, Kabuki dan Mongol mengundang decak kagum dari para penonton.

    Dream Sky tampil dengan diiringi JFC Marching Band. Sesuai namanya, Dream Sky, defile ini menyuguhkan warna putih dan biru. Para peserta memperkaya tampilan mereka dengan ornamen penutup kepala dan juga sayap-sayap cantik. Tidak lupa, tentu tata rias di wajah yang menggunakan teknik painting.

    Dalam defile Toraja, penonton diajak masuk dalam suasana mistis pemakaman masyarakat Tana Toraja. Warna hitam dipadu merah marun dieksplorasi dengan sejumlah pernak-pernik. Tidak lupa, miniatur rumah Toraja juga mereka usung. Peserta mengenakan miniatur tersebut sebagai penutup kepala.

    Penonton kemudian terlempar dalam suasana ceria dan warna-warni kupu-kupu dalam defile Butterfly. “Wah-wah, benar-benar menarik, warna-warni,” ujar seorang pengunjung dari rombongan Gading Carnival. Sayap-sayap lebar berwarna-warni, merah, kuning, biru, hijau, ungu, hitam dan putih, seakan terbang di depan penonton.

    Sementara itu defile Thailand menyuguhkan pagoda-pagoda yang dibentuk menjadi penutup kepala. Pagoda memang menjadi ikon negara Gajah Putih tersebut. Dan yang pasti, warna kuning keemasan dan kuku-kuku panjang mempercantik penampilan para peserta.

    Defile dilanjutkan dengan Cactus yang menyuguhkan warna hijau. Peserta menampilkan aneka ragam bentuk tanaman kaktus dalam kostum mereka.

    Sedangkan defile Kabuki, menyuguhkan kostum Jepang dan permainan tradisional Jepang, Kabuki. Perjalanan dilanjutkan ke Mongol. Penonton diajak menjelajahi sejarah Mongol yang penuh dengan peperangan dan penghancuran namun menciptakan peradaban.

    Sementara defile Apocalypse menampilkan kekayaan alam masa lampau dari suku Maya. Dan defile diakhiri dengan Voyage yang bercerita tentang sebuah penjelajahan.

    “Setiap defile saling terkait dengan tema. Dan dalam Jember Carnival, pasti ada tema Indonesia dan dunia, karena kita mengadakan karnaval dunia dari sebuah kota, Jember,” ujar Dynand.

    Seperti tahun-tahun sebelumnya, JFC selalu menjadi bidikan kamera wartawan dan fotografer lokal, nasional maupun internasional. Panitia terpaksa menutup permintaan pendaftaran dari sejumlah fotografer karena pendaftar telah mencapai 650 orang.

    Mereka terdiri dari wartawan dan fotografer media, freelancer dan juga para penyuka fotografi. Mereka yang berburu foto atau berita JFC, harus mendaftar sebelum JFC dihelat.

    Para fotografer mendapat panggung khusus untuk memotret sehingga tidak terhalang oleh penonton. Sementara itu, ribuan penonton memadati jalan sepanjang 3,6 kilometer mulai dari alun-alun kota Jember hingga Gelanggang Olah Raga PKPSO Kaliwates.
  • 0 comments:

    Posting Komentar

    Diberdayakan oleh Blogger.
    Kami putra-putri Indonesia, berbakti pada negara.... kamilah senkom mitra polri, bekerja sepenuh hati.... marilah bersama kita giatkan, pembangunan nusa bangsa..... untuk menuju masyarakat, tarta tentram kerta raharja...... pegang terus semboyan kita, menembus jarak tanpa batas....... tak gentar bela kebenaran, tuk wujudkan keamanan...... marilah bersama kita giatkan, pembangunan nusa bangsa..... untuk menuju masyarakat, tarta tentram kerta raharja